# #

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Kamis, 01 Mei 2014

Diego Armando Maradona: “Tuhan” Sepak Bola Argentina


Getty Images/David Cannon
Dia adalah seorang pesepak bola, rockstar lapangan hijau, family man, legenda, dan “Tuhan”. Begitu besar dirinya hingga sulit untuk menghadirkan satu judul yang pas untuk mendeskripsikan siapa dirinya. Dan tak berlebihan jika kita menganggapnya sebagai salah satu maestro terbesar sepak bola dunia. Jika Pele tidak memiliki kepribadian yang lebih baik daripada Maradona, mungkin dirinya juga akan mengakui bahwa Maradona lah yang terbaik sepanjang masa.

Pesepak bola kelahiran Lanus, Buenos Aires, Argentina pada 30 Oktober 1960 ini tumbuh dari keluarga yang miskin. Wajar jika kemudian, masa kecilnya dihabiskan dalam kondisi yang memprihatinkan di Villa Fiorito. Masa-masa kecil yang sulit inilah yang sepertinya membentuknya menjadi pribadi yang keras dan terkesan sulit diatur. Bagaimanapun dia tetaplah pesepak bola yang teramat fenomenal. Kalau orang Jawa bilang, bocah nakal kuwi gowo pintere, anak nakal itu membawa akal kepintarannya. Dan ini memang terbukti pada Maradona.

El Diego, sudah menunjukkan bakat besarnya di sepak bola ketika ditemukan oleh pemandu bakat dari klub Argentinos Juniors. Saat itu usianya baru 10 tahun, masih sangat belia. Ketika berusia 12 tahun, dirinya sudah menjadi maskot Argentinos Juniors bernama Los Cebollitas (Bawang Kecil). Dia bukan menjadi badut yang kerap menari, melainkan dia bertugas untuk menghibur penonton dengan keterampilan sepak bolanya setiap jeda pertandingan Liga Argentina.

Awal Karir
Setelah menimba ilmu di akademi Argentinos Juniors, Maradona akhirnya dipromosikan ke tim utama pada tahun 1976. Debut profesionalnya saat dirinya masih berusia 16 tahun menghadapi Hongaria.  Karirnya terus melesat dan menjadi salah satu pemain penting bagi Argentinos.

Dua tahun kemudian, saat berusia 18 tahun, Maradona masuk skuat tim nasional Argentina U-20 yang berlaga di Piala Dunia Junior FIFA 1979 untuk pemain berusia di bawah 20 tahun. Maradona kemudian mampu menghantarkan Argentina menjadi juara di Jepang setelah mengalahkan Uni Soviet di Final. Perlu Anda ketahui, Argentina saat itu sempat bertemu Indonesia dan menang dengan skor 5-0 di mana Maradona mencetak dua gol di antaranya. Indonesia saat itu dilatih oleh Soetjipto “Gareng” Soentoro.

Setelah kejuaraan itu, Maradona semakin moncer. Dia bermain dalam 167 pertandingan dan mencetak 115 gol dalam rentang waktu 1976-1981. Kegemilangannya ini sempat membuat Sheiffield United untuk membelinya. Sheiffield menawarkan harga 600 ribu poundsterling tetapi ditolah oleh Argentinos. Maradona akhirnya hijrah ke Boca Juniors setelah ditransfer dengan fee 1 juta poundsterling.

Di Boca Juniors karirnya tidak lama. Maradona “hanya” bermain di 40 pertandingan dan mencetak 28 gol. Tetapi penampilannya di klub besar Argentina ini amat fenomenal sehingga membuatnya dikenang sebagai salah satu legenda Boca Juniors. Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya merasakan gelar juara Liga Argentina. Setelah ini, Maradona mulai berkelana ke Eropa.

Petualangan di Eropa
Dengan nilai transfer 5 juta poundsterling, Maradona hijrah ke Camp Nou. Di Barcelona ini, Maradona bertemu dengan salah satu pelatih paling tersohor Argentina, Cesare Luis Menotti, pelatih yang membawa Argentina untuk meraih gelar Piala Dunia pertamanya di tahun 1978.

Di Barcelona, Maradona langsung tampil bagus. Maradona mampu membantu Barcelona memenangi Copa del Rey dengan mengalahkan Real Madrid di final dan Piala Super Spanyol setelah mengalahkan Athletic Bilbao. Tranfernya yang mahal itu pun dirasa sepadan dengan kontribusi yang diberikan Maradona kepada klub.

Namun sayang, sebelum berkembang seutuhnya, Maradona mengalami masa-masa sulit dalam karirnya. Dia divonis mengidap hepatitis, kemudian mengalami cedera parah di engkel kakinya setelah ditekel kasar oleh Andoni Goikoextxea. Hal ini hampir saja menghancurkan karirnya sebagai pesepak bola profesional. Maradona dikabarkan juga bersitegang dengan presiden klub, Josep Lluis Nunez. Maradona pun mulai tidak betah dengan Spanyol.

Setelah melalui 36 pertandingan dan menyumbangkan 22 gol, akhirnya pada musim panas 1984, klub dan Maradona menyepakati kepindahannya ke SSC Napoli. Transfernya ketika itu menjadi rekor transfer pemain dunia, yakni 6,8 juta poundsterling atau setara dengan 10,48 juta dollar. Napoli tidak kecewa dengan uang besar yang telah digelontorkan. Transfer ini pun baik untuk Maradona, yang akhirnya memperoleh tempat ideal untuk mengembangkan karirnya dan benar saja, di Napoli inilah bisa dibilang sebagai puncak karir Maradona.

Maradona bermain bagus sepanjang karirnya di Napoli. Membawa klub ini meraih juara Serie A untuk pertama kalinya pada musim 1986/1987. Prestasi ini kemudian diulanginya pada 1989/1990. Hingga kini, sepeninggal Maradona, Napoli belum pernah sekali pun kembali menjadi yang terbaik di Italia. Selain scudetto, Maradona berhasil menjuarai Piala UEFA 1988/1989 setelah mengalahkan VfB Stuttgart, dan Piala Super Italia 1990. Pada musim 1987/1988, Maradona menjadi top skor sekaligus memperoleh penghargaan Guerin d’Oro sebagai pemain dengan rating terbaik menurut Guerin Sportivo, majalah olahraga Italia.

Dengan prestasi yang gemilang tersebut. Kostum nomor punggung 10 pun di kemudian hari dipensiunkan oleh Napoli, sebagai bentuk penghargaan kepada sang dewa warga Napoli ini. sayang, selain kisah manis, Napoli juga menjadi tempat di mana Maradona mulai akrab dengan kokain dan terlibat skandal dengan beberapa wanita. Karena kokain inilah Maradona sempat didenda 70 ribu dollar oleh klub lantaran tidak datang ke latihan dan pertandingan dengan alasan stres. Performa Maradona pun mulai menurun. Maradona pun akhirnya pergi dari Napoli setelah menuntaskan 188 pertandingan dan mencetak 81 gol.

Sevilla menjadi pelabuhan baru baginya. Tetapi, dia hanya bermain di musim 1992/1993 saja dengan bermain di 26 pertandingan dan mencetak lima gol. Bosan dengan kehidupan di Eropa, Maradona pun kembali ke kampung halamannya, Argentina dan bergabung dengan Newell’s Old Boys, klub dimana dia hanya bermain dalam lima pertandingan di musim 1993/1994.

Pemenang Piala Dunia
Tidak hanya gemilang ketika membela klubnya, Maradona bermain fantastis ketika membela Argentina di Piala Dunia. Piala Dunia pertamanya adalah di Spanyol 1982. Sayang ketika itu Argentina tidak menjadi jaura. Namun, Maradona bisa memperoleh pengalaman luar biasa ketika mencetak dua gol saat Argentina menang 4-1 atas Hongaria.

Getty Images/Lutz Bongarts
Empat tahun kemudian, baru Maradona mengejutkan dunia dengan penampilan memukaunya di Piala Dunai 1986 yang digelar di Meksiko. Maradona menjadi kapten dan tokoh sentral dari keberhasilan Argentina meraih gelar juara dunia kedua kalinya.
Getty Images/Mike King

Argentina yang dilatih oleh Carlos Bilardo ketika itu memainkan pola 3-5-2 dan Maradona bermain sebagai second striker. Formasi dan posisi Maradona ketika itu belum begitu dikenal dan ini memengaruhi perubahan taktik dalam sepak bola secara signifikan.


Berbicara Piala Dunia 1986 tentu tidak menarik jika tidak mengulang kisah bagaimana Maradona mengalahkan Inggris dengan gol yang dikenal sebagai “Hand of God” dan “Goal of the Century”. Gol tangan Tuhan tercipta setelah dia yang bertubuh 165 cm berhasil mengungguli Peter Shilton, kiper Inggris, dalam perebutan bola udara. Wasit mengesahkan gol itu walaupun Maradona menggunakan tangannya, bukan kepalanya. Maradona sendiri akhirnya mengakui kalau gol nya itu menggunakan tangan pada 22 Agustus 2005.

Gol keduanya tidak kalah fenomenal. Kala itu dirinya menggiring bola dari tengah lapangan melewati Glenn Hoddle, Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, dan Terry Butcher serta menaklukkan Shilton. Proses yang berlangsung kurang lebih 10 detik itu jadi salah satu momen terbaik sepak bola sepanjang masa. Gol tersebut kemudian dinobatkan FIFA sebagai gol terbaik sepanjang masa.
Getty Images

Argentina pun akhirnya melenggang ke semi final setelah menang 2-1. Dan pada akhirnya menjadi juara di Meksiko. Maradona yang mencetak 5 gol dan 5 assist, bermain di semua pertandingan dan tidak pernah diganti dinobatkan sebagai pemain terbaik. Maradona merupakan satu-satunya pemain yang dianugerahi gelar pemain terbaik di turnamen Piala Dunia U-20 dan Piala Dunia senior. Tidak hanya itu, sebagai penghormatan, didirikanlah patung Maradona ketika sedang mencetak gol “Goal of the Century” di depan pintu masuk Stadion Azteca.

Getty Images

Publik dan media Inggris betul-betul mengecam tindakan curang Maradona. Tapi, pecinta sepak bola mengenang pertandingan itu tentang kehebatan Maradona, bukan tentang nasib buruk yang menimpa Inggris dengan segala kemungkinannya. Hingga kini, semua orang antusias membicarakan pertandingan tersebut dan gol tangan Tuhan yang dicetak oleh Maradona tidak jadi cacat untuknya melainkan semakin membuat dirinya dipuja.


Dalam film dokumenter tentang Maradona yang dibuat oleh Emir Kusturica dan dirilis Mei 2007, diceritakan bahwa jika di Argentina ada sekelompok pemuja El Diego dengan mendirikan Iglesia Maradoniana. Pembabtisan sebagai jemaat gereja Maradona salah satunya dilakukan dengan cara meniru gol tangan Tuhan yang pernah diciptakan oleh sang dewa. Jika anda bisa melakukannya dengan baik maka anda sudah sah menjadi jemaat gereja tersebut.

Di Piala Dunai 1990 yang digelar di Italia, Argentina hampir mempertahankan gelar juaranya. Sayang, Argentina kalah di final dari Jerman Barat melalui gol semata wayang Andreas Brehme melalui titik penalti. Ada yang menarik ketika pertandingan semi final antara Argentina melawan Italia. Sebagai tuan rumah, selayaknya Italia memperoleh dukungan dari publik tetapi kenyataan berbalik. Publik San Paolo yang berada di Naples, justru mendukung dewa mereka, Diego Maradona. Argentina pun akhirnya mampu mengalahkan Italia melalui adu penalti.

Sementara di Piala Dunia 1994, kisah sedih harus menimpa Maradona. Bermain hanya dua kali dan baru sempat mencetak satu gol saat menghadapi Yunani, Maradona harus pulang ke Argentina lebih dulu lantaran gagal melalui tes doping. Berakhir sudah pengabdian Maradona bagi Argentina setelah ini. Dirinya bermain di 91 pertandingan dan mengoleksi 34 gol bagi Albiceleste.

Setelah usai dari skorsing akibat pemakaian doping, Maradona sempat bermain untuk Boca Juniors di tahun 1995 hingga 1997. Maradona masih bermain lumayan untuk ukuran pesepakbola yang sudah uzur. Setelah menyelesaikan 30 pertandingan dengan mencetak 7 gol, Maradona akhirnya memutuskan pensiun dari sepak bola.

Setelah sempat tidak terlibat langsung dalam sepak bola, Maradona memutuskan menerima tawaran sebagai pelatih Argentina di tahun 2008 (di tahun 1994 dan 1995, Maradona sempat melatih Mandiyu de Corrientes dan Racing Club) untuk meloloskan Argentina ke Piala Dunia. Argentina kemudian berhasil ke Piala Dunia 2010. Sayang, dia tidak begitu sukses di turnamen setelah kalah mengenaskan empat gol tanpa balas dari Jerman. Pasca Piala Dunia, Maradona pun mengundurkan diri.

Maradona sempat menerima tawaran melatih di Al Wasl, klub Uni Emirat Arab. Tapi, lagi-lagi dia tidak punya keberuntungan yang bagus saat menjadi pelatih.

Bagaimanapun, dengan catatan gaya hidup yang buruk dan ketidakberuntungannya sebagai pelatih, Maradona tetap tercatat sebagai pemain terbaik dunia yang pernah ada bersama Pele. Dan rasanya, bagaimana publik menghormatinya hingga kini, dia layak berada di tempat teratas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

    Twitter Bird on The Tree by Tutorial Blogspot

    iklan from adsense