# #

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Sabtu, 22 Maret 2014

Lima Wajah Arsenal Bersama Arsene Wenger

Kontribusi Arsene Wenger untuk Arsenal bukan sekadar prestasi di lapangan, melainkan pembangunan klub di segala sektor.

Nyaris 18 tahun menduduki bangku manajer Arsenal dan melalui 999 pertandingan, kontribusi Arsene Wenger buat raksasa London Utara itu bukan sekadar prestasi di lapangan -- terlepas dari kering silverware sejak 2005 Le Professeur telah mempersembahkan 11 trofi, tapi juga pembangunan klub di segala sektor.

Menyongsong partai ke-1000 pria Prancis ini, dalam derby ibu kota menghadapi tuan rumah Chelsea pada Sabtu malam ini WIB, merangkum buah kinerja pria Prancis ini untuk Arsenal dalam lima poin berikut.

TIM




Pada 12 Oktober 1996, Arsene Wenger memimpin laga pertamanya sebagai manajer Arsenal, kemenangan 2-0 atas Blackburn Rovers di Ewood Park. Ian Wright memborong dua gol untuk tim yang terdiri dari sembilan pemain Inggris, satu Wales, dan satu Prancis. Gunner tunggal yang tidak berasal dari Britania Raya hari itu adalah Patrick Vieira, yang direkrut klub atas permintaan Wenger sebelum ia mengambil alih kendali tim secara resmi pada 1 Oktober.

Banyak penggawa lawas - terutama kapten Tony Adams dan anggota barisan pertahanan yang dibentuk oleh George Graham - sempat cemas mereka tidak akan cocok dengan visi sepakbola Wenger.

Kendati sang bos awalnya mengambil tindakan tak populer dengan mengenyahkan kultur minum-minum dan pola makan tak sehat dalam skuat, kebanyakan pemain akhirnya menyanjungnya karena perubahan tersebut berperan memperpanjang karier mereka, dan lini pertahanan yang dipimpin Adams menjadi fondasi untuk sukses historis Arsenal merengkuh gelar ganda pada 1998.

Seiring waktu kontingen Inggris di tubuh Gunners menyusut dan, dalam sebuah laga Liga Primer dengan Crystal Palace pada 14 Februari 2005, Wenger menyeleksi match squad berisi 16 nama tanpa satu pun pemain domestik.

Dalam beberapa tahun belakangan sang manajer telah mengambil langkah-langkah untuk membalikkan tren tersebut, dengan Jack Wilshere, Theo Walcott, serta Kieran Gibbs tampil secara reguler dan Alex Oxlade-Chamberlain plus Carl Jenkinson tumbuh kian matang.

Tim Wenger dalam beberapa tahun terakhir juga memfokuskan pada pencapaian dominasi di lini tengah melalui deretan pemain berpostur kecil tapi kreatif dan berteknik tinggi, mengeyampingkan kekuatan fisik yang biasa menjadi andalan di awal masa kepemimpinannya lewat pemain-pemain seperti Adams, Martin Keown, dan Sol Campbell.

Tetapi, apa pun kewarganegaraan atau profil pemain-pemain yang dipilihnya, dan terlepas dari formasi yang digunakan, tim Arsenal besutan Wenger mengusung kecintaan yang sama pada permainan umpan-umpan pendek mengalir dan nyaris selalu terdeterminasi oleh hasrat menyerang dengan kecepatan, imajinasi, dan presisi.


STADION



Perbedaan paling mencolok dari hari pertama Arsene Wenger mengambil alih Arsenal, tak dapat dimungkiri, adalah kepindahan markas klub dari Highbury ke Emirates Stadium pada musim panas 2006, yang telah mengondisikan paruh kedua periode kekuasaan pria Prancis tersebut.

Gagal memperoleh subsidi publik dari pemerintah, The Gunners membiayai £390 juta ongkos konstruksi kandang anyar melalui kesepakatan-kesepakatan sponsorship, keuntungan dari penjualan pemain, dan pinjaman £260 juta dari sekelompok bank yang dipimpin oleh Royal Bank of Scotland pada April 2003. Pendanaan lebih jauh datang dari perombakan Highbury menjadi flat, dengan dibangunnya 711 properti baru.

Demi melunasi utang tersebut, penyesuaian terpaksa dilakukan klub dalam kebijakan di bursa transfer, dengan Wenger mesti bersandar pada pengembangan talenta muda ketimbang membeli pemain jadi -- model ini menjadi penjelasan, kalau tak mau disebut sebagai alasan, masa paceklik trofi yang telah berlangsung sejak 2005.

Di luar lapangan, keuntungan signfikan datang dari kepindahan dari Highbury yang berkapasitas 38 ribu orang ke Emirates, arena modern dengan jumlah 60 ribu bangku. Pemasukan matchday Arsenal langsung naik dari £37,4 juta hingga melebihi £90 juta - setara dengan peningkatan lebih dari £1 juta per laga - dan The Gunners menjadi satu-satunya klub di 20 besar daftar Deloitte Money League yang mampu mengedepankan matchday revenue sebagai sumber penghasilan tunggal terbesar.

Emirates Stadium juga menggelar sejumlah laga uji coba timnas Brasil, konser musik, bahkan konferensi politik pada 2008 antara Perdana Menteri saat itu, Gordon Brown, dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.

Harga tiket terbukti terus menjadi tulang punggung pemasukan klub sejak kepindahan dari Highbury, dengan fans Gunners harus membayar harga karcis musiman tertinggi di Eropa. Akan tetapi, dengan jumlah waiting list melampaui 40 ribu nama, klub kemungkinan tak akan menemui kendala sekalipun mematok harga lebih mahal lagi.

Hierarki Arsenal bersikeras Emirates Stadium akan sangat membantu daya beli klub di pasar transfer dalam beberapa tahun ke depan dan banyak orang menanti dengan antusias untuk melihat apakah pembelian bintang Jerman Mesut Ozil seharga £42 juta musim panas lalu hanya menjadi awal dari gebrakan-gebrakan berikut Arsenal di bursa.


KOMPLEKS LATIHAN



"Bagi saya basis pekerjaan adalah untuk memiliki kebebasan mengelola klub sesuai pilihan saya - membuat kepentingan-kepentingan penting tentang apa yang terjadi di dalam klub, membeli pemain, menjual pemain dan memutuskan hal-hal seperti kontrak dan bahkan markas latihan baru," ucap Arsene Wenger kepada reporter pada September 1997.

Saat itu Wenger belum genap setahun memimpin Arsenal, tapi klub telah mendapat izin dari dewan kota untuk membangun kompleks latihan baru senilai £10 juta di London Colney, Hertfordshire.

Itu menjadi salah satu dampak terbesar kiprah Wenger sejak Oktober 1996, saat ia berusaha mengorganisir sesi ekstra di tempat latihan klub yang sebetulnya dibagi bersama dengan University College London (UCL) untuk mengenal skuatnya. Upayanya ditolak karena ketika itu lapangan memang telah dijadwalkan untuk dipergunakan mahasiswa. Episode ini membuatnya tak tahu "harus tertawa atau menangis" tapi ia terdeterminasi untuk tidak mengalami lagi kejadian tersebut.

Wenger dan chairman Peter Hill-Wood, bersama arsitek Richard Marshall dan manajer protek Peter Kesall, memulai misi penemuan fakta untuk sentra latihan yang telah dipergunakan Bayern Munich, Nantes, serta Auxerre, dengan sang pelatih amat terlibat dalam rencana desain.

Konstruksi di lahan seluas 140 hektor tuntas dalam 45 minggu dan dibiayai oleh dana hasil penjualan Nicolas Anelka ke Real Madrid seharga £22,5 juta pada musim panas 1999.

Kompleks baru ini terdiri dari sepuluh lapangan ukuran penuh - tiga untuk first team, tiga untuk skuat cadangan dan tiga buat tim junior, sementara satu lagi digunakan untuk laga-laga uji coba dan partai liga tim U-18 - kolam hydrotherapy, ruang sauna dan kamar pemijatan, fasilitas gym, kantin, area media, dan ruang perawatan serta administrasi.

London Colney hingga saat ini masih dianggap sebagai salah satu fasilitas latihan terbaik di Inggris. Skuat Three Lions berlatih di sana secara reguler hingga dibangunnya St. George's Park, sementara Barcelona dan Borussia Dortmund juga menggunakannya sebagai markas dalam persiapan final Liga Champions di Wembley (pada 2011 dan 2013).


MANAJER



Arsene Wenger menjadi satu-satunya hal konstan dalam proses perubahan Arsenal yang telah berjalan nyaris dua dekade lamanya, tapi meskipun menunjukkan loyalitas mengagumkan (atau gila, tergantung sudut pandang Anda) terhadap prinsip-prinsip yang telah membentuknya sebagai manajer, Wenger, seperti semua orang lainnya, harus menyesuaikan diri dengan perkembangan waktu untuk bertahan.

Wenger datang di awal invasi asing ke Liga Primer dan pendekatan progresifnya ke segala aspek kepelatihan, dipadukan  dengan pengetahuan mendalam tentang para pemain yang pada akhirnya menjadi generasi emas Prancis, memberinya keunggulan besar atas rival-rivalnya di Inggris.

Tetapi keadaan ini tidak berlangsung selamanya. Suntikan kekuatan finansial tanpa batas dari pihak asing di Chelsea dan Manchester City, berbarengan dengan perubahan kebijakan transfer Arsenal (seperti telah disinggung di poin 'Stadion') dan pergeseran lansekap global sepakbola, membuat The Gunners kesulitan bersaing dengan tim-tim terbaik di dalam maupun luar negeri.

Dalam sudut pandang kepelatihan persepsi Wenger perlahan berubah dari revolusioner ke konservatif sementara figur-figur tenar lain, contoh utamanya adalah Jose Mourinho, Pep Guardiola, dan yang terbaru Jurgen Klopp, meredefinisikan batasan-batasan taktis dan teknis sepakbola ke level tertinggi dalam sedekade ke belakang.

Wenger telah beradaptasi dalam caranya sendiri, mengganti formasi dari 4-4-2 ke 4-3-3 dan kemudian ke 4-2-3-1 sesuai perkembangan waktu, mengadopsi gaya yang menitikberatkan pada serangan balik di saat situasi menuntut demikian, dan tidak lagi terlalu bersandar pada koneksi Prancis untuk dalam perekrutan pemain -- terbukti dari meningkatnya jumlah kontingen Jerman dalam skuat Arsenal.

Kendati demikian, terlepas dari segala hal di atas, sang manajer tak pernah kehilangan kemampuan eksepsionalnya untuk mengembangkan talenta muda, dan membentuk inti tim barunya - Wojciech Szczesny, Kieran Gibbs, Aaron Ramsey, Jack Wilshere, Theo Walcott, dan Alex Oxlade-Chamberlain - menjadi sampel teranyar dari kinerjanya.

Mentalitasnya secara garis besar juga tidak banyak berubah, dipicu oleh hasrat luar biasa besar untuk memproduksi sepakbola menyerang nan elok dan ekspansif serta - terlepas dari puasa gelar - kebenciannya terhadap kekalahan.


JANGKAUAN GLOBAL



Pada Oktober 1996 Arsene Wenger mengambil alih salah satu klub terbesar Inggris. Sekitar 18 tahun kemudian, ia kini mengelola sebuah merek global. Popularitas fenomenal Liga Primer dan sukses Arsenal di dalamnya telah turut memastikan fans Gunners kini ada di setiap belahan dunia.

Ini terefleksi dari tingginya pertumbuhan finansial klub sejak Wenger memegang kendali tim. Pada 1996, pemasukan Arsenal berada di bawah £21 juta (sekitar setengah harga Mesut Ozil). Pada Februari lalu, klub mengungkapkan angka tersebut kini menyentuh £136 juta. The Gunners menempati peringkat kedelapan dalam datar terbaru Deloitte Money League dengan penghasilan total £243,6 juta, di mana £62,4 juta di antaranya datang dari sumber komersial.

Jumlah itu memang lebih kecil dibandingkan rival-rival domestik Arsenal - pemasukan komersial terbaru Manchester United menembus hingga £152,5 juta, Manchester City memperoleh £143 juta dan Chelsea £83,9 juta - terutama diakibatkan kesepakatan sponsorship jangka panjang yang telah disetujui klub sejak pindah ke Emirates Stadium.

Banyak dari kesepakatan tersebut bakal berakhir pada 2014 dan Gunners telah mengumumkan ekstensi £150 juta untuk kesepakatan dengan Emirates buat penamaaan hak stadion dan sponsorship seragam, juga kesepakatan merchandising dan perlengkapan olahraga dengan Puma senilai £150 juta mulai musim panas nanti. Klub sekarang memiliki total 16 mitra komersial - meningkat drastis dari 1996, ketika perusahaan elektronik Jepang JVC menjadi nama tunggal dalam lis tersebut.

Perusahaan-perusahaan tersebut terpikat oleh profil global Gunners, yang tetap besar meski tim belum pernah memenangi trofi lagi sejak 2005.

Arsenal memiliki follower Twitter terbanyak keempat (3,4 juta) dalam 20 besar klub di Money League - di belakang Real Madrid, Barcelona, dan Galatasaray - dan laman Facebook resmi mereka memiliki lebih dari 19 juta like. Media sosial telah merevolusi cara klub-klub top dapat berkomunikasi dengan fans mereka sekaligus menarik penggemar baru. Dalam hal ini, Arsenal telah mendulang popularitas lebih ketimbang kebanyakan klub lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

    Twitter Bird on The Tree by Tutorial Blogspot

    iklan from adsense