Bahkan, Ajax bisa dikatakan sebagai salah satu klub tersukses di dunia. Menurut IFFHS, Ajax menempati posisi tujuh sebagai klub Eropa paling sukses di abad 20. Klub yang saat ini dibesut Frank de Boer pertama kali berdiri pada 113 tahun lalu, tepatnya pada 18 Maret 1900. Selama itu, mereka telah mengumpulkan 32 gelar juara liga, 18 Piala KNVB serta 4 Piala Eropa atau Liga Champions.
Ajax tercatat telah melahirkan nama-nama besar pesepakbola dunia mulai dari Johan Cruyff, Marco van Basten, Dennis Bergkamp, Clarence Seedorf, Edwin van der Sar hingga striker Uruguay penuh kontroversi, Luis Suarez.
Namun, siapa kiranya yang layak didapuk sebagai pemain legendaris klub yang bermarkas di Amsterdam Arena ini? Berikut lima pemain pilihan :
JOHAN CRUYFF
MARCO VAN BASTEN
Striker IdealMarco van Basten didapuk sebagai salah satu penyerang terhebat sepanjang masa berkat kegemilangannya bersama Ajax maupun AC Milan. Tak ayal, keputusannya pensiun dini karena cedera parah dianggap sebagai salah satu kehilangan terbesar dunia sepakbola. Pria dengan tinggi 188cm ini mengawali karir profesionalnya bersama Ajax, setelah menghabiskan masa kecilnya di tim lokal EDO dan hijrah ke UVV Utrecht. Van Basten melakoni laga debutnya bersama Ajax pada April 1982. Kala itu, dia berhasil mencetak gol dan membantu De Godenzonen memetik kemenangan 5-0 atas NEC. Setelah itu, segalanya berjalan cukup cepat bagi Van Basten. Dia menjadi topskor Eredivisie selama empat musim berturut-turut mulai dari 1983-84 hingga 1986-87 berkat torehan 117 gol dalam 112 laga. Secara keseluruhan, bersama Ajax dia telah mencatat 152 gol dalam 172 pertandingan. Catatan yang tidak main-main. Usai merengkuh tiga gelar Eredivisie dan tiga Piala KNVB bersama Ajax, Van Basten pun mencoba peruntungannya di ranah Serie A Italia dengan bergabung di AC Milan. Bersama Rossoneri, sinarnya bahkan lebih terang. Selama memperkuat Milan (1987-1995), Van Basten tampil dalam 147 laga dan mencetak 90 gol. Dia berperan besar dalam membawa Milan merengkuh 3 gelar Serie A, 2 Supercoppa, 2 Piala Eropa, 2 Piala Super Eropa dan 2 Piala Intercontinental. Van Basten dipuja bukan saja berkat kegarangannya di depan gawang. Dia sukses 'mengawinkan' nalurinya sebagai striker dengan teknik dan visi seorang playmaker serta permainan elegan seorang winger. Sayang, karir gemilang Van Basten hanya berlangsung dalam waktu singkat. Dia dipaksa gantung sepatu di usia 31 tahun setelah meninggalkan Milan. Meski sempat menolak peluang sebagai pelatih, akhirnya dia mengubah pendiriannya sebelum akhirnya menangani timnas Belanda, Ajax dan, yang terbaru SC Heerenveen. |
SJAAK SWART
Mr. Ajax Seperti halnya Tony Adams dan Arsenal, atau Raul Gonzalez dan Real Madrid, Sjaak Swart adalah Mr. Ajax, pemain dengan cap terbanyak untuk raksasa Eredivisie tersebut. Bagaimana tidak, dia tercatat pernah melakoni nyaris 600 laga bersama Ajax (596) selama memperkuat tim senior pada 1956 hingga 1973. Ajax adalah satu-satunya tim senior yang pernah dia bela. Bukan hanya mencatat lebih dari 500 cap, Swart juga menorehkan ratusan gol untuk Ajax. Tepatnya 217. Kelihaiannya bergerak cepat dan berpindah-pindah pada kedua sisi lapangan memungkinkannya untuk mencetak begitu banyak gol untuk klub Amsterdam. Penyerang berpostur 180cm ini terlahir di Amsterdam, 3 Juli, 75 tahun lalu. Dia merupakan bagian integral De Ajacieden kala meraih kejayaan di ajang Piala Eropa pada 1971, 1972 dan 1973. Meskipun menjadi legenda bagi Ajax, prestasi Swart di timnas Belanda tidak terlalu mentereng. Turut memperkuat Oranje pada 1960 hingga 1972, dia tercatat tampil dalam 31 laga dan mengemas 10 gol. Swart melakoni laga terakhirnya sebagai pemain profesional pada 19 Mei 1973 ketika Ajax menaklukkan AZ Alkmaar 3-0 dan mengakhiri musim sebagai kampiun. Saat itu Swart menginjak usia 35 tahun. "Untuk seorang pemain depan, saya sudah tua. [Saat itu] bahkan ketika masih berusia 30 tahun anda sudah dianggap tua. Tapi, di masa sekarang, anda bisa terus bermain hingga usia anda 36 tahun," paparnya dalam laman resmi Ajax. Dia juga mengaku sempat mempertimbangkan untuk mengakhiri pensiunnya dan kembali bermain. Apalagi, dia mendapat tawaran menggiurkan dari sebuah klub di benua Amerika. Namun, tawaran itu akhirnya dia tolak karena "saya tidak suka terbang [dengan pesawat]." "Lagipula, saya sudah menerima salam perpisahan yang indah dan Ajax adalah satu-satunya klub saya," tegasnya. |
DANNY BLIND
Bek Serba Bisa Pemain bernama lengkap Dirk Franciscus Blind ini mungkin bisa dikatakan salah satu pelopor bek modern. Dia tidak hanya dikenal solid dalam menjaga lini belakang tim, tapi juga memiliki kemampuan mengoper dan menyerang yang impresif layaknya pemain depan. Blind mengawali karir profesionalnya bersama Sparta Rotterdam, di mana dia mencatat 165 caps selama tujuh tahun masa baktinya. Namun, karirnya baru benar-benar menanjak ketika memutuskan hijrah ke Ajax pada 1986. Keputusan Johan Cruyff, yang menjabat sebagai pelatih Ajax saat itu, mendatangkan Blind tidak diterima baik oleh mega bintang klub, Marco van Basten. Pasalnya, Blind diplot untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Ronald Koeman, yang berhasil dibujuk hijrah ke PSV Eindhoven. Van Basten mempertanyakan keputusan Cruyff karena mendatangkan pemain yang belum memiliki nama dan meragukan apakah Blind bisa menggantikan lubang yang ditinggalkan Koeman, salah satu bintang internasional Belanda. Namun, kekhawatiran Van Basten tidak terbukti. Blind merengkuh sukses besar bersama Ajax dan ikut membantu De Amsterdammers meraih 5 trofi Eredivisie, 4 Piala KNVB dan masing-masing satu trofi Liga Champions, Piala Winners, Piala UEFA dan Piala Super Eropa. Cruyff tampaknya menyadari talenta besar Blind sebagai pemain serba bisa. Meskipun diplot sebagai pemain bertahan, kemampuannya mengoper bola serta ketenangannya di lapangan tidak kalah dengan penyerang papan atas. Apalagi, dia juga sosok pemimpin luar biasa di tengah lapangan. Meskipun namanya tidak sementereng Cruyff dan Van Basten, namun sulit rasanya tidak menyebut nama Blind saat mengulik sejarah kesuksesan Ajax. |
FRANK DE BOER
Pemain/Pelatih Andal Nama Frank de Boer memang tidak bisa dipisahkan dari Ajax. Selain meraih sukses sebagai pemain, pria 43 tahun ini juga berjasa memberikan gelar Eredivisie bagi klub Amsterdam, termasuk yang terbaru di musim 2012-13. De Boer tumbuh dan berkembang bersama Ajax setelah bergabung dengan tim junior mereka pada 1984. Dia mengawali karirnya sebagai bek kiri sebelum beralih ke posisi bek tengah. Namun, bukan hanya piawai dalam bertahan, De Boer juga memiliki visi yang hebat dalam melepaskan umpan silang. Dia juga dikenal memiliki tendangan bebas yang ciamik dan, meskipun tidak berpostur terlalu tinggi, hebat dalam menyambut bola-bola atas. Sebagai pemain, De Boer berhasil mengoleksi 5 gelar Eredivisie, 2 Piala KNVB, 1 Liga Champions, 1 Piala UEFA dan 1 Piala Super Eropa. Selama masa baktinya di Ajax (1988-1999), dia juga mencatatkan 30 gol dalam 328 pertandingan. De Boer sempat mencicipi karir di berbagai klub setelah hengkang dari Ajax pada 1999, termasuk dengan Barcelona (1999-2003), Galatasaray (2003-2004) dan Glasgow Rangers (2004). Setelah menggantung sepatu pada 2006, namanya urung meredup karena De Boer memutuskan melanjutkan karir sebagai pelatih. Setelah mengenyam pengalaman sebagai pelatih skuat muda Ajax dan asisten pelatih timnas Belanda, De Boer akhirnya ditunjuk membesut tim senior pada 6 Desember 2010 menyusul pengunduran diri Martin Jol. Pada laga pertamanya sebagai pelatih, De Boer berhasil membawa Ajax menang 2-0 atas AC Milan di ajang Liga Champions. Dia pun sukses membawa Ajax merengkuh tiga trofi Eredivisie secara berturut-turut (2010-2013), catatan yang pantas membuat namanya mulai disandingkan dengan pelatih-pelatih hebat Ajax lainnya seperti Rinus Michels dan Louis van Gaal. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar