Kabut kelam kembali meliputi dunia teknologi. Baru-baru ini, dikabarkan tokoh penemu teknologi surround sound bernama Ray Dolby telah tutup usia. Seperti yang dikabarkan oleh The Verge, pria yang namanya terus terpampang di layar bioskop sebelum kita menikmat film, telah meninggal dunia di usianya yang ke-80 tahun.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Dolby adalah salah seorang pioneer yang berhasil membangun sebuah inovasi di perkembangan teknologi audio. Salah satu karya masterpiece-nya adalah ketika ia diminta untuk mengolah audio dari film Star Wars. Di dalam film tersebut, pria kelahiran 18 Januari ini menggunakan Dolby Noise Reduction.
Dr Dolby, begitu Ray akrab disapa, akhirnya tak kuasa menolak takdir illahi setelah berjuang keras melawan penyakit Alzheimer yang dideritanya dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih, Juni 2012 lalu ia juga divonis menderita Leukimia akut. Komplikasi penyakit ini pula yang pada akhirnya mengakhiri perjalanan pria kelahiran Portland, Oregon AS, 1933.
"Hari ini kami kehilangan seorang teman, mentor, sang visioner sejati," sesal Kevin Yeaman, President & CEO Dolby Laboratories dalam kabar yang diterima lewat surat elektronik.
Kepergian Dolby juga ditangisi oleh istri dan anak-anaknya. Dagmar, sang istri yang selalu setia menemani, mengaku akan sangat merindukan momen kebersamaan mereka saat berpetualang mengarungi 47 tahun mahligai perkawinan.
"Ray adalah orang yang murah hati, sabar, jujur, intelek, dan berpikiran adil. Selalu penasaran dan begitu gigih. Saat berkendara darat dari India, menerbangkan pesawat melintasi Samudera Atlantik, atau saat mengemudi bus besar di sekitar Taman Nasional. Ia tidak hanya memberi kami kehidupan yang menarik, tapi panutan fantastis untuk anak-anak kami," kenang Dagma.
Harimau mati meninggalkan belang, Dolby wafat mewariskan inovasi yang akan selalu dikenang. Kepergian Dolby juga menyisakan kesedihan mendalam pada kedua putranya, David Dolby dan Tom Dolby. David sendiri saat ini duduk di kursi direksi dan dewan kehormatan Dolby Laboratories, sementara Tom memilih untuk menjadi sineas film dan novelis.
Meski keduanya memilih jalur berbeda, namun bakat keduanya memang diturunkan oleh Ray yang sangat mencintai seni. Kecintaannya pada musik dan film yang pada akhirnya membuat Ray memutuskan untuk meninggalkan Ampex Corporation dan mendirikan Dolby Laboratories, 1965 silam di San Francisco, Californa AS. Di Ampex, Ray merupakan perancang utama dari semua aspek elektronik untuk sistem pencatatan video praktis.
"Meskipun ia seorang insinyur, prestasi ayahku dalam teknologi tumbuh dari kecintaannya terhadap musik dan seni," kenang Tom. "Dia membawa apresiasi dari proses artistik untuk semua karyanya dalam film dan rekaman audio."
Selama 48 tabun itu pula, Dolby sukses menciptakan teknologi state-of-the-art surround sound yang mengurangi kebisingan, sehingga menghasilkan suara yang jernih meskipun dalam intensitas volume suara yang tinggi. Seperti yang kita rasakan saat menonton film di bioskop. Tercatat, ada 50 teknologi yang dipatenkan olehnya.
Dolby telah mengubah pengalaman hiburan dari bioskop ke ruang tamu hingga mobile entertainment, melalui puluhan ribu film dan miliaran produk dan perangkat dengan teknologi Dolby. Selama perjalanannya, Dolby Laboratories telah menerima penghargaan 10 Academy Awards dan 13 Emmy Awards untuk prestasi yang inovatif sepanjang tahun. Namanya, bahkan diabadikan untuk salah satu ruangan penganugerahan Oscar.
“Tanpa penemuan Dolby, maka tidak akan pernah ada film Star Wars,” ucap Michael Minker, mantan rekannya, seperti yang dikutip dari situs Variety.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar