Salah satunya dengan menggunakan darah mantan pasien COVID-19.
"Salah satu perawatan corona yang tidak cocok dengan definisi sebuah obat adalah mengumpulkan darah dari pasien yang telah pulih dari COVID-19, memastikan sudah bebas dari coronavirus dan infeksi lain, dan memberikan plasma itu pada orang yang sakit," tulisnya.
Lantaran belum terbukti manjur, saat ini masih diteliti bagaimana keampuhan metode tersebut.
"Perusahaan-perusahaan di area ini sedang bekerja sama mendapatkan protokol standar untuk melihat apakah hal ini berhasil," sambung sang pendiri Microsoft.
Yayasan Bill Gates sendiri ikut mendukung usaha tersebut untuk mempercepat hasilnya.
Jika ternyata sukses, mereka juga siap mendanai sehingga metode tersebut dapat digunakan secara luas.
"Yayasan mendukung sebuah konsorsium dari para perusahaan terdepan yang bekerja di area ini untuk mengakselerasi evaluasinya dan seandainya prosedurnya berhasil, siap untuk membesarkannya," papar Gates.
Di pihak lain, Microsoft belum lama ini juga bermitra dengan konsorsium perusahaan farmasi dalam merekrut orang yang telah pulih dari COVID-19.
Mereka diharapkan menyumbangkan plasma darah dengan harapan dapat membantu perawatan pasien COVID-19 yang masih sakit.
Perawatan dengan plasma ini, bagian dari darah, sebenarnya ide lama.
Saat seorang pasien pulih dari sebuah penyakit, mereka memproduksi antibodi untuk melawan kehadiran antigen yang menyebabkan penyakit itu, misalnya virus.
Head of Research Microsoft, Peter Lee, meyakini metode tersebut punya potensi untuk menyelamatkan nyawa.
Untuk merekrut, Microsoft meluncurkan chatbot yang dinamakan plasmabot untuk membantu orang menentukan apakah mereka adalah kandidat yang dapat menyumbangkan plasmanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar