Begitu banyak pemain hebat yang pernah memakai seragam kebesaran Parma.
Gianfranco Zola, Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, hingga Gianluigi
Buffon adalah beberapa di antaranya.
Namun, hanya satu pemain yang
nomornya pernah dipensiunkan.
Dia adalah Alessandro Lucarelli, mantan kapten I Ducali yang diakui sebagai salah satu pemain paling loyal di dunia sepak bola. Dia adalah nomor 6 terakhir dalam sejarah Parma.
Kisah
Lucarelli, dengan dedikasi dan kesetiaannnya membela panji Parma di
periode paling gelap patut dijadikan teladan. Dia menunjukkan bahwa
sepak bola bukan cuma tentang uang.
Parma merupakan satu dari Il Sette Magnifico (The Magnificent Seven),
tujuh klub terkuat Italia di masa silam. Namun, klub ini pernah mati
karena dipegang oleh tangan yang salah.
Meski begitu, klub ini mampu
bangkit dari kematian. Ada sosok Lucarelli di balik reinkarnasi mereka.
Dilempar ke Kasta Bawah
Pada musim 2014/15, Parma finis di peringkat terbawah
di Serie A. Parahnya lagi, masalah finansial dengan utang melebihi 200
juta Euro membuat I Ducali dinyatakan bangkrut dan dilempar ke Serie D - kasta keempat di piramida sepak bola Italia.
Pemilik dua titel UEFA Cup dan tiga trofi Coppa Italia, serta runner-up
Serie A 1996/97 itu kemudian lahir kembali dengan nama Parma Calcio
1913.
Target pun dicanangkan: Berjuang untuk kembali ke habitat asli, ke
kasta tertinggi Italia, Serie A.
Itu adalah target dan mimpi bersama, baik klub maupun para tifosi setia Parma. Awalnya mimpi itu terlihat tidak mudah diwujudkan. Namun, tiga tahun berselang, mimpi itu menjadi kenyataan.
Kesetiaan Sang Kapten
Alessandro Lucarelli memperkuat Parma sejak 2008. Pada musim keenam, ban kapten Parma mulai melingkar di lengannya.
Saat Parma dilempar ke Serie D, hanya ada satu pemain yang bertahan. Bek kelahiran Livorno, 22 Juli 1977 itulah orangnya.
Waktu
itu, Lucarelli memang sudah tidak lagi muda. Dia sejatinya mendapat
tawaran dari sejumlah klub di level profesional, tapi menolak karena
ingin terus bersama Parma.
Dia bertekad menjadi bagian dari reinkarnasi
Parma.
"Saya sudah mati bersama klub ini dan saya ingin menjadi
bagian dari kelahiran kembalinya," kata Lucarelli kala itu, dalam
wawancara dengan Parmafanzine.
"Saya menerima beberapa telepon
dari klub-klub di level profesional, tapi saya tak peduli. Saya takkan
mengingkari kata-kata saya."
Kapten Sejati Tak Meninggalkan Kapal
Seorang kapten sejati takkan meninggalkan kapalnya meski kapal itu akan tenggelam. Itulah yang dilakukannya.
Lucarelli
memegang teguh kata-katanya. Memimpin rekan-rekan baru yang rata-rata
usianya jauh lebih muda, Lucarelli membawa Parma merangkak dari bawah.
Pada
musim pertamanya di Serie D, dengan mantan pelatih Nevio Scala sebagai
presiden klub, dan tentu saja setelah diwarnai eksodus besar-besaran
para pemainnya, Parma meraih
tiket
promosi ke Lega Pro.
Mereka menutup musim itu dengan 94 poin dari 38
pertandingan tanpa tersentuh kekalahan (28 kemenangan, 10 kali imbang).
Satu untuk Semua, Semua untuk Satu
Musim 2016/17, Parma kembali naik kasta. Parma mengalahkan Alessandria 2-0 di final play-off promosi dan memastikan diri jadi salah satu tim peserta Serie B 2017/18.
Ada empat tim yang naik ke kasta kedua. Mereka adalah Venezia besutan Filippo Inzaghi, Cremonese, Foggia, dan Parma.
Sebelum
laga penentuan lolos tidaknya Parma ke Serie B, melawan Alessandria di
Artemio Franchi, Firenze, Lucarelli bicara di depan rekan-rekannya. Dia
menyampaikan rangkaian kata yang merasuk di hati mereka.
Pidato pralaga
dari algojo penalti penentu kemenangan atas Pordenone di semifinal itu
terekam oleh kamera televisi.
"Di foto ini, ada segala hal tentang
kita: penderitaan, ketakutan, keringat, pengorbanan, dan semua yang
telah membawa kita ke pertandingan ini," kata Lucarelli seperti dikutip Football Italia.
"Serie
B menunggu di luar sana. Selama 90 menit ke depan, kita harus
memberikan segalanya. Setiap tetes energi yang kita miliki, kita harus
mengeluarkannya hari ini.
Apa yang tidak bisa dijangkau dengan kaki,
akan kita jangkau dengan hati.
"Karena kita pantas
mendapatkannya. Kita adalah tim sejati. Kita sudah menelan banyak cacian
sepanjang tahun untuk sampai di sini, dan kita harus membuktikan bahwa
mereka salah."
"Satu hal lagi. Saya tidak tahu apakah saya akan
mendapatkan kesempatan seperti ini lagi. Jadi, saya mohon pada kalian
semua. Hari ini, kalian harus membawa saya ke Serie B."
"Satu untuk semua! Semua untuk satu!"
Dibakar
motivasinya seperti itu, para pemain Parma tak ingin mengecewakan
kapten dan para suporter setia mereka.
Disaksikan striker legendaris
Parma Hernan Crespo di tribune, pasukan Roberto D'Aversa mengalahkan
Alessandria lewat gol-gol Manuel Scavone menit 11 dan Manuel Nocciolini
menit 66.
Mission Possible
Pada 18 Mei 2018, Parma finis peringkat dua di Serie
B, dan meraih hak promosi otomatis ke Serie A. Namun, ini diraih lewat
sebuah drama menegangkan.
Di pekan pemungkas, Parma menang 2-0 di
kandang Spezia lewat gol-gol Fabio Ceravolo dan Amato Ciciretti. Parma
menggusur Frosinone, setelah Frosinone cuma imbang 2-2 menjamu Foggia.
Frosinone gagal menang setelah dibobol Roberto Floriano di menit 89. Poin sama 72, tapi Frosinone kalah head-to-head dengan Parma.
Parma menyusul Empoli lolos otomatis ke Serie A, sedangkan Frosinone harus bersaing dengan lima tim lain di play-off promosi.
Parma mengukir sejarah, menjadi klub pertama yang meraih tiga promosi beruntun di Italia.
Janji Itu Sudah Ditepati
Lucarelli adalah kapten Parma saat mereka jatuh ke
titik terendah. Didasari loyalitas, dia tetap bertahan. Dia pernah
berjanji akan membawa Parma kembali ke Serie A.
Dia menepati janjinya.
"Saya pernah berjanji. Saya berkata saya akan membawa Parma kembali
ke Serie A. Saya sudah menepatinya," kata Lucarelli sambil berlinang air
mata kepada Sky Sport Italia usai laga pemungkas melawan Spezia.
"Ini
sulit dipercaya, mustahil. Tak ada yang menyangka akhir seperti ini,
bahkan dalam mimpi terliar saya sekali pun.
Yang lain sedang
berselebrasi, lalu kami mendengar sorakan dari tribune. Saya tak tahu
apa yang terjadi."
"Perjalanan ini kami mulai tiga tahun lalu, di
hadapan para suporter yang luar biasa ini. Kami melalui masa-masa sulit,
kami selalu bangkit.
Mereka tak pernah menyerah dan saya bangga jadi
kapten mereka."
202 people are talking about this
Pada 27 Mei 2018, di tengah pesta promosi Parma ke Serie A, yang
dilangsungkan di Stadio Ennio Tardini, Lucarelli mengumumkan pensiunnya.
Parma juga memensiunkan nomor 6 miliknya.
Itu merupakan bentuk
apresiasi Parma terhadapnya. Selain itu, andai tidak dipensiunkan,
pewarisnya pasti merasakan beban yang luar biasa.
Pasalnya, nomor 6 itu
adalah nomor milik pemain paling loyal yang telah menjadi pilar di balik
reinkarnasi Parma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar