Menurut Shendi Abdi, dari perusahaan Riset Indie yang menggeluti Animatronic, mereka yang kepincut untuk mengembangkan dunia robotik masih lebih banyak ketimbang Animatronic di Indonesia.
"Animatronic yang tampilannya merupakan rekaan dari makhuk hidup itu sangat jarang di sini (Indonesia-red.). Di sisi lain, mereka yang menggeluti robotik banyak, dengan menghadirkan beragam kemampuan dan fungsi," tukasnya kala ditemui di sela acara GeekFest yang berlangsung hingga Minggu di Sabuga, Bandung.
"Nah, Riset Indie sendiri hadir untuk membuktikan bahwa Animatronic di Indonesia tak cuma sekadar teori dan konsep. Kita ingin membuktikan ketika bicara Animatronic ini ada buktinya," Shendi menegaskan.
Beben, anggota Riset Indie lainnya menambahkan, Animatronic memang cukup menantang untuk digeluti -- jika tidak ingin dibilang sulit. Sebab hambatannya tidak hanya dari sisi mekanikal, namun juga bagaimana dituntut untuk mengintegrasikan unsur seni pada karakter yang dibuat.
Berikut 3 hambatan utama menciptakan Animatronic menurut Beben:
1. Pengetahuan bentuk
Seperti diketahui bahwa Animatronic merupakan perpaduan seorang seniman dan engineering. Unsur seni di sini dituntut untuk menjadi pencetus ide dan karakter yang akan dibuat. Alhasil, karakter yang dibuat itu harus memikirkan tema yang ingin disajikan sehingga 'keasliannya' terasa mengalir.
2. Bahan Baku
Animatronic dibuat sebagai rekaan makhluk hidup yang dibenamkan dengan unsur mekanikal di dalamnya. Nah, agar terasa lebih nyata, bagian luar karakter Animatronic juga terkadang dibuat dengan bahan yang mirip kulit.
"Salah satu bahan finishing yang dipakai adalah silikon, biar hasilnya baik. Jadi biar benar-benar punya skin yang bagus. Pemilihan bahan ini juga harus cermat, tidak bisa sembarangan," tukas Beben.
3. Mengawinkan Seni dan Mekanik
Seperti yang telah disinggung di awal, hambatan terakhir adalah bagaimana menggabungkan bentuk karakter yang telah dibuat dengan teknologi mekanik.
"Saat masih proyek awal kita sifatnya jadi kaya ngejam (mencoba-coba, red.). Coba memadupadankan berbagai peluang. Tapi kalau proyek kedua akan lebih dipikirkan secara lebih efektif. Penempatan perangkat di dalamnya juga akan semakin bagus, tak cuma ambil dari bahan pertukangan, tetapi juga kerja dengan seorang profesor," pungkasnya.
Shendi dan Beben mengakui jika apa yang mereka kerjakan masih kalah dari kemampuan Animatronic ala Hollywod. Pun demikian, keduanya ingin membuktikan jika orang Indonesia juga bisa membuat Animatronic, tidak cuma bisa cuap-cuap dengan teori tanpa bukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar