Lirikan dari Google 'God' jelas dapat meningkatkan visibilitas artikel ilmiah dalam dunia maya. Tentu kita semua sudah familiar dengan web tools Google Scholars. Namun ada fitur khusus darinya, yaitu http://scholar.google.de/citations.
Google citation dapat digunakan untuk membuat profil dan indeks sitasi bagi pengarang artikel ilmiah. Adapun, sebenarnya akan sangat menarik jika google mengembangkan medsos saintifik juga.
Mereka sudah memiliki Google+ dan Google Citation. Sehingga untuk men-scale up keduanya menjadi medsos saintifik rasanya bukan masalah besar. Semua tergantung supply and demand dari pasar saja.
Sementara Kemendibud telah memiliki http://garuda.kemdiknas.go.id/, yang mengindeks publikasi ilmiah karangan dosen Indonesia. Sementara itu, LIPI juga telah memiliki situs http://isjd.pdii.lipi.go.id/, yang mengindeks jurnal ilmiah yang terbit di Indonesia.
Asosiasi profesi tertentu, contohnya Himpunan Kimia Indonesia (HKI), telah memiliki protal indexing publikasi ilmiah bagi dosen/peneliti Indonesia. Situs http://reference.kimiawan.org/ berguna untuk indexing publikasi internasional (luar negeri). Sementara situs http://pustaka.kimiawan.org/ untuk indexing publikasi dalam negeri. Saya percaya trend ke depan adalah setiap asosiasi keilmuan akan mengembangkan database serupa.
Namun, mereka bukanlah medsos, tapi memberikan jasa indexing yang sangat berguna dari tulisan ilmiah. Sehingga, tentu saja fungsi mereka lebih bersifat komplementer terhadap medsos saintifik. Adapun, sebenarnya pengembangan database tersebut hanyalah satu langkah dari pengembangan medsos saintifik yang ‘full scale’.
Aggregator Medsos Ilmiah
Sudah ada agregator untuk medsos secara umum, seperti http://www.alternion.com/ dan http://mashable.com, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai medsos pada satu lokasi.
Sementara itu, Hootsuite juga dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa medsos seperti Twitter, Facebook, Google+, dan Linkedin dari satu lokasi. Namun belum ada informasi akan keberadaan aggregator khusus untuk Medsos Ilmiah.
Aggregator ini bisa berperan penting dalam menyederhanakan penggunaan medsos, sebab mengupdate banyak profile dalam waktu bersamaan adalah sangat tidak praktis. Sementara itu, ada sekian banyak medsos saintifik dipasaran, dan sangat besar kemungkinan seorang Dosen/peneliti memiliki lebih dari satu profil medsos saintifik.
Promosi di Medsos Ilmiah
Sudah jelas, bahwa aktif pada medsos saintifik/ilmiah memiliki beberapa benefit. Pertama, meningkatkanvisibility dari publikasi ilmiah, hal ini dapat memperbesar kemungkinan publikasi ilmiah disitasi peneliti lain.
Kedua, membuka peluang kolaborasi dengan mengenal ilmuwan/dosen lain, yang dapat saja berasal dari negara lain juga. Ketiga, dokumentasi yang lebih baik terhadap publikasi ilmiah kita.
Namun, ada satu hal yang seyogyanya diperhatikan. Menggunakan medsos ilmiah tidaklah menjadi jaminan akan meningkatnya H-index atau citation index dari kepengarangan (authorship) kita. Aktif di medsos ilmiah juga tidak menjamin publikasi kita akan dicatat di database Scopus, Pubmed dan Thomson-Reuters, yang adalah database acuan untuk menilai kompetensi ilmuwan.
Paling tidak, aktif di mendsos saintifik akan membantu meningkatkan visibility publikasi kita pada Google Scholars/Citation, dan hal ini terlihat terutama jika kita menggunakan medsos researchgate.net.
Medsos adalah tools yang digunakan untuk mempromosikan publikasi riset yang memang berkualitas, namun belum terlalu dikenal pada komunitas ilmiah yang lebih luas. Pada akhirnya, memang semua kembali kepada dosen/peneliti untuk menyajikan hasil riset terbaik, untuk dipublikasi dalam jurnal yang ‘respectable’ pada bidang masing-masing. Dalam hal ini, medsos saintifik berfungsi tidak lebih daripada alat bantu.
Adapun sebenarnya market untuk mengembangkan medsos saintifik asli Indonesia masihlah terbuka lebar. Dalam konteks ini, sebenarnya pemerintah melalui Kemendikbud dan LIPI dapat saja mendukung pengembangan medsos tersebut, melalui hibah penelitian yang tersedia.
Engine Garuda dan ISJD milik Dikbud dan LIPI saja diintegrasikan dalam pengembangan medsos saintifik tersebut. Asosiasi profesi seperti HKI atau IDI juga dapat melakukan hal yang sama. Semoga kedepannya dapat kita saksikan pengembangan medsos saintifik asli Indonesia.
Jika ingin berkorespondesi dengan penulis melalui medsos ilmiah, dapat mengklik tautan ini.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar