Ido Simyoni, pria berusia 30 tahun ini menciptakan pergerakan di aplikasi foto tersebut di bawah hashtag #StopTheTerror pada 20 November lalu. Alih-alih membela salah satu pihak, Simyoni menyampaikan bahwa kampanye ini sebaiknya tidak berbau politik sehingga terpilihlah hashtag yang terkesan lebih netral tersebut.
"Sejauh saya melihatnya, tidak masalah apakah Anda Amerika, Eropa, atau Timur Tengah, kita harus bersatu dan mengatakan 'Stop the Terror'," ujarnya seperti dikutip dari Huffington Post.
Simyoni (@ido8all) mengawali kampanye perdamaiannya dengan foto dirinya sendiri yang menunjukkan tangan bertuliskan stop.
"Saat saya memulai kampanye, foto pertama ini meraih hampir 6.000 like, yang membuat teman terdekat saya memposting foto itu juga," tuturnya. Dari situlah kampanye ini berjalan.
Apakah dengan mengupload foto dan menambahkan hashtag bisa memberikan bantuan terhadap krisis? Mengatakan pada CNN, Simyoni percaya bahwa menyebarkan pesan sederhana seperti ini tidaklah sia-sia. Ia berharap bisa meningkatkan awareness mengenai pentingnya melawan teror di mana saja.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar