Menyebut nama Edgar Davids, siapa yang tak mengenal dirinya? Ya, masa keemasannya memang ada pada mendio 90-an hingga awal milenium, tapi sosoknya yang unik membuatnya sulit dilupakan.
Jika banyak pesepakbola ingin menonjol melalui aksesoris macam bandana, helm pelindung kepala, hingga plester yang sengaja ditempel di hidung, Davids tampil beda dengan kacamata tebalnya! Konon dirinya memang memiliki masalah pada pada retina matanya sehingga terpaksa menggunakan kacamata untuk menopang pengelihatannya di lapangan.
Memulai karier di akademi Ajax Amsterdam, Pitbull masuk dalam generasi emas angakatan 1990 bersama Clarence Seedorf, Nwankwo Kanu, Edwin Van der Sar, hingga Patrick Kluivert. Bersama-sama mereka membawa Ajax ke puncak dunia dengan gelar Piala Belanda, Eredivisie, Piala UEFA, Liga Champions, Piala Super Eropa, hingga memuncak di Piala Interkonental.
Puas bergelimang trofi selama lima musim, Davids kemudian memutuskan untuk berpetualang ke liga terbaik di dunia saat itu, Serie A Italia, dengan bergabung bersama AC Milan. Digadang-gadang jadi penerus trio Belanda dalam The Dream Team, Davids berada di waktu dan tempat yang salah.
Pasca sukses di awal 90-an, I Rossonerri sedang didera masa instabilitas. Performa Davids pun tak sesuai ekspektasi. Fabio Capello lantas menendangnya keluar setelah berseteru hebat dengan Alessandro Costacurta, baik di dalam maupun luar lapangan.
Ia kemudian ditampung raksasa Italia lainnya, Juventus. Di sinilah Davids bangkit kembali dan menemukan sentuhannya. Kolaborasinya dengan Zinedine Zidane amat ditakuti di Italia dan Eropa kala itu. Gelar scudetto 1997/98 dan Piala Intertoto 1999 jadi persembahan awalnya untuk Si Nyonya Tua. Ketika ledakan performanya sedikit lagi terjadi, petaka malah menghampiri Bulldog. FIFA menjatuhi hukaman padanya karena melakukan doping pada 2001.
Kembali ke lapangan di medio 2002, tak ada cacat sedikitpun yang hadir dari skill tingginya. Dua musim terakhirnya di Juve dilalui dengan sepasang gelar scudetto dan Piala Super Italia. Penurunan performa dan masalah cedera akhirnya memisahkan Davids dengan Bianconeri pada Januari 2004.
Keluar dari Delle Alpi, namanya tak pernah lagi seharum dahulu. Performanya naik-turun ketika melanglang buana ke Barcelona, FC Internazionale, Tottenham Hotspur, kembali ke Ajax, hingga Crystal Palace. Usia membuat kualitasnya terus terkikis. Pada akhirnya Piranha memutuskan untuk pensiun sebagai pesepakbola di klub amatir, Barnet, pada Desember 2013.
EDGAR DAVIDS |
Nama: Edgar Davids Julukan: Pitbull, Bulldog, Mad Dog, Piranha Tempat, Tanggal Lahir: Paramaribo, Suriname, 13 Maret 1973 Klub: Ajax Amsterdam (1991-96/2006-08) AC Milan (1996-97) Juventus (1997-04) Barcelona (2004) FC Internazionale (2004-05) Tottenham Hotspur (2005-06) Crystal Palace (2010) Barnet (2012-14) Timnas Belanda: 74 caps/6 gol | Koleksi Gelar Klub: Ajax Amsterdam:Eredivisie (3): !993/94, 1994/95, 1995/96 Piala Belanda (2): 1992/93, 2006/07 Piala UEFA: 1992/93 Piala Super Eropa: 1995 Liga Champions: 1994/95 Piala Interkonental: 1995 Juventus:Serie A (3): 1997/98, 2001/02, 2002/03 Supercoppa Italiana (2): 2002, 2003 Piala Intertoto: 1999 FC Internazionale: Piala Italia: 2004/05 |
Sebagai seorang Belanda, kontribusinya pada Timnas juga terhitung manis. Membela De Oranje sejak 1994 hingga 2005, catatan 74 caps dengan torehan enam gol ia persembahkan. Davids bahkan masuk dalam tim terbaik di turnamen Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.
Ya, pria temperamental ini memang kontroversial. Tapi percayalah, akan sangat sulit bagi kita untuk menemukan lagi sosok nyentrik, berkepribadian unik, namun penuh perestasi dalam sepakbola modern ini.
Selamat ulang tahun Edgar Davids!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar