Kamis, 23 April 2020
Seputar Teorema Phytagoras: Rumus dan Sejarah dalam Islam
Teorema Phytagoras
mungkin tidak asing bagi kebanyakan siswa sekolah atau mahasiswa yang
menekuni ilmu tersebut.
Materi teorema Phytagoras mungkin bikin pusing
namun punya banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Rumus teorema Phytagoras adalah :
Dengan C adalah sisi miring serta A dan B adalah dua sisi lain yang disebut alas dan tinggi.
Aplikasi teorema Phytagoras tak hanya dalam bentuk dua dimensi namun juga bangun ruang yang disertai perhitungan sudut.
Teorema
Phytagoras biasanya diterapkan pada segitiga siku-siku dengan dua
sisinya diketahui lebih dulu.
Berawal dari teorema Phytagoras dikenal
susunan angka yang berasal dari penghitungan kuadrat disebut tripel
Phytagoras.
Rumus dalam teorema Phytagoras ditemukan seorang
ilmuwan asal Yunani dengan nama yang sama yaitu Phytagoras.
Dalam
perkembangannya, teorema phytagoras ditulis kembali (redefining) ilmuwan
Islam bernama Tsabit bin Qurrah.
Hal ini tertulis dalam Thabit Ibn Qurra and The Pythagorean Theorem
Robert Shloming, yang dipublikasikan National Council of Teachers of
Mathematics.
Tsabit bin Qurrah diakui sebagai salah satu ilmuwan terbesar di zaman tersebut meski tidak semua karyanya dikenal luas.
Tsabit
bin Qurrah memiliki nama lengkap Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin
Marwan al-Sabi al-Harrani.
Dia hidup pada periode 826-901 M dan
menghabiskan masa hidupnya di Baghdad, Irak.
Tsabit mengikuti jejak Musa
bin Shakir yang saat itu mengajaknya belajar dan ahli dalam matematika
serta astronomi.
Penjelasan Tsabit terhadap teorema phytagoras
diakui sebagai karya yang elegan dan sempurna.
Dia membedah hingga
detail dan menyamakan pemahaman teorema Phytagoras sehingga tak ada lagi bias pengertian.
Saat ini karya Tsabit disimpan di perpustakaan Museum Aya Sofya, Turki.
Selain sebagai ahli matematika yang menulis dan menjelaskan kembali teorema phytagoras, Tsabit bin Qurrah
juga dikenal sebagai penerjemah handal.
Keahliannya terutama dalam
bahasa Yunani dan Syriac yang diterjemahkan dalam bahasa Arab hingga
mendirikan sekolah khusus penerjemah (school of translation) di Baghdad.
Beberapa ilmuwan yang sempat menuntut ilmu di sekolah tersebut adalah
Qusta bin Luqa, Ishaq bin Hunain, dan Al-Kindi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar