Selasa, 14 April 2020
Zoom Akui Sejumlah Video Call Tak Sengaja Terkirim ke China
Seiring makin banyak pengguna Zoom,
kian tajam pula sorotan tertuju pada aplikasi video conference ini.
Pekan ini, Zoom disorot terkait dengan isu keamanan data dan privasi
penggunanya.
Selain kasus zoom bombing,
dituding mengirimkan data pengguna ke Facebook, dan diam-diam menggali
data LinkedIn, Zoom juga harus menghadapi tuduhan mengirimkan panggilan
video call pengguna ke China.
Temuan terbaru dari peneliti
keamanan di Citizen Lab menyebutkan, sejumlah panggilan video call Zoom
yang dilakukan di Amerika Utara dialihkan melalui China seperti halnya
kunci enkripsi yang digunakan untuk mengamankan panggilan.
Terlepas
dari klaim Zoom sebelumnya bahwa percakapan di platform mereka aman,
disebutkan Citizen Lab, percakapan Zoom sama sekali tidak terenkripsi.
Artinya, Zoom mengontrol kunci enkripsi dan karenanya, dapat mengakses
konten panggilan pelanggannya.
Sebelumnya Zoom mengatakan lewat
postingan blognya bahwa mereka telah menerapkan kontrol internal yang
kuat dan tervalidasi untuk mencegah akses tidak sah ke konten apa pun
yang dibagikan pengguna selama rapat.
Namun, hal serupa tidak bisa
diterapkan untuk otoritas China yang bisa menuntut Zoom menyerahkan
kunci enkripsi apa pun pada servernya di China, untuk memfasilitasi
dekripsi konten panggilan terenkripsi.
Dikutip dari Tech Crunch,
Zoom mengakui bahwa dalam upayanya meningkatkan kapasitas server untuk
mengakomodasi tingginya trafik selama masa pandemi COVID-19,
platformnya telah secara tidak sengaja memungkinkan dua pusat datanya
di China menerima panggilan sebagai backup jika terjadi kemacetan
jaringan.
Respons ini disampaikan langsung oleh CEO Zoom Eric Yuan.
Dijelaskan Eric, selama operasional normal, klien Zoom berusaha untuk
terhubung ke serangkaian pusat data utama di/dekat wilayah pengguna.
Jika
beberapa upaya koneksi gagal karena kemacetan jaringan atau masalah
lain, klien akan menjangkau dua pusat data sekunder dari daftar beberapa
pusat data sekunder sebagai jembatan koneksi cadangan potensial ke
platform Zoom.
"Dalam semua kasus, klien Zoom diberikan daftar
pusat data yang sesuai dengan wilayah mereka.
Sistem ini sangat penting
untuk keandalan merek dagang Zoom, khususnya selama masa akses traffic
internet yang masif seperti sekarang," ujarnya.
China,
bagaimanapun, harusnya menjadi pengecualian.
Sebagian besar karena ini
terkait dengan masalah privasi di antara perusahaan-perusahaan barat.
Namun undang-undang dan peraturan China sendiri mengamanatkan bahwa
perusahaan yang beroperasi di negaranya harus menyimpan data warga di
dalam wilayah perbatasannya.
Zoom mengatakan pada Februari lalu
pihaknya menambah kapasitas ke wilayah China untuk menangani permintaan,
yang juga dimasukkan dalam daftar putih internasional pusat data
cadangan.
Artinya, pengguna non-China dalam beberapa kasus terhubung ke
server China ketika pusat data di wilayah lain kelebihan kapasitas.
Saat
ini, dikatakan Zoom bahwa daftar putih tersebut telah dikoreksi.
Zoom
juga mengatakan bahwa pengguna yang terkait dengan rencana pemerintah
tidak akan terpengaruh oleh pengalihan rute yang tidak disengaja.
Pihak
Zoom tampaknya bekerja lebih keras menangani berbagai masalah yang
menerpa aplikasinya sang CEO Eric Yuan menyatakan tidak akan ada
penambahan fitur baru di Zoom selama 90 hari ke depan demi fokus
memperbaiki isu-isu privasi dan keamanan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar