CEO Facebook Mark Zuckerberg adalah tokoh teknologi paling berpengaruh di dunia. Namun kesuksesannya dibayangi sejumlah skandal. Kisah
hidup Zuckerberg ternyata diwarnai sejumlah noda hitam. Seperti
dihimpun dari berbagai sumber, ada sejumlah
skandal dalam perjalanan Mark Zuckerberg membangun Facebook. Inilah beberapa kisahnya yang paling menghebohkan: 1. Mark Zuckerberg 'mencuri' Facebook Skandal
paling besar dari seorang Mark Zuckerberg adalah soal kelahiran
Facebook itu sendiri. Facebook tidak lepas dari perseteruan Zuckerberg
dengan si kembar Tyler dan Cameron Winklevoss. Mereka semua dulunya
adalah para mahasiswa Harvard.
Kisah nyata perseteruan ini sampai jadi buku berjudul The Accidental
Billionaires pada tahun 2009 dan juga akhirnya difilmkan dengan judul
The Social Network pada tahun 2010. Inti dari film ini dan juga berbagai
pemberitaan yang mengikutinya adalah, si kembar Winklevoss mengklaim
Zuckerberg mencuri ide mereka. Berdasarkan cerita mereka, awalnya
keduanya meminta Zuckerberg menyelesaikan kode software untuk situs
jejaring sosial ciptaan mereka, ConnectU. Bukannya memenuhi permintaan
mereka, Mark Zuckerberg malah mencuri kode dan ide mereka, kemudian meluncurkan Facebook pada Februari 2004. Tuduhan
ini berlanjut dengan gugatan hukum ke pengadilan. Winklevoss bersaudara
lalu menandatangani kesepakatan dengan Facebook, yang menyatakan mereka
berhak mendapatkan uang tunai USD 20 juta dan mendapat bagian saham USD
45 juta atau USD 36 per saham. Namun kemudian, si kembar menuduh
Facebook telah menyesatkan mereka melalui kesepakatan ini. Itulah
sebabnya, melalui pengadilan banding mereka kembali menuntut. Menurut
keduanya, mereka berhak mendapat bagian yang lebih besar. Tuduhan
ini sampai ke tingkat banding. Pada akhirnya Winklevoss bersaudara
memutuskan untuk mengakhiri perseteruan melawan Facebook dan Zuck pada
Juni 2011. Mereka menyetujui pembayaran di muka dari Facebook senilai
USD 65 juta. Winklevoss bersaudara kini dikenal sebagai raja
Bitcoin. Bitcoin yang dimiliki si kembar Winklevoss diyakini sudah
menembus angka USD 1 miliar. Zuckerberg juga menjadi salah satu orang
terkaya di dunia berkat Facebook. Tampaknya kedua pihak tetap sukses
dengan jalan masing-masing, namun hal itu menyisakan noda hitam dalam
karir Mark Zuckerberg. 2. Sisi kelam Mark Zuckerberg mencaplok WhatsApp Pada waktu WhatsApp dibeli Facebook
di tahun 2014 senilai sekitar USD 19 miliar, ada kisah lain yang
mencoreng wajah Mark Zuckerberg. Ada perseteruan dengan pendiri WhatsApp
yaitu Brian Acton dan Jan Koum. Awalnya hubungan Acton, Koum dan
Zuckerberg sangat harmonis. Acton dan Koum mengembangkan WhatsApp
menjadi begitu luar biasa. Namun lalu muncul keserakahan Zuckerberg.
Facebook menargetkan WhatsApp untung besar tapi dengan memanfaatkan
penggunanya. Hal ini ditentang Acton. Dulu, WhatsApp punya model
monetisasi di mana user membayar USD 1 untuk memakai layanan tiap tahun,
tapi bagi Facebook sepertinya uang yang dihasilkan belum cukup. "Motif
untuk profit kapitalis atau menjawab Wall Street, itulah yang mendorong
invasi data pribadi dan banyak muncul hal negatif yang tidak kita
senangi," kata Acton. Acton mengaku kecewa karena perusahaan
semacam Facebook menurutnya mengorbankan privasi user demi mendulang
untung. Brian Acton dan Jan Koum lalu keluar dari Facebook tahun 2017. Brian
Acton lantas mengembangkan Signal sementara Jan Koum menjadi pemborong
beberapa properti dan mobil supermewah. Belakangan, kekhawatiran Acton
dan Koum terbukti. Kebijakan privasi baru WhatsApp menjadi blunder. Pengguna ramai-ramai hijrah ke Telegram dan Signal. Acton pasti tersenyum lebar sekarang. 3. Skandal Cambridge Analytica Mark Zuckerberg rupanya ikut bermain politik, hasilnya adalah skandal Cambridge Analytica
yang menghebohkan dunia. Cambridge Analytica adalah nama firma
konsultan Inggris yang mengambil data 87 juta pengguna Facebook tanpa
persetujuan mereka. Data ini digunakan untuk kebutuhan iklan
politik dan membantu kampanye Donald Trump untuk memenangkan kursi
Presiden AS. Skandal ini diungkap The Guardian dan The New York Times
tahun 2018.
Akibatnya, Mark Zuckerberg dipanggil oleh Kongres AS dan ditanyai
oleh para anggota DPR dan senator. Setelah bolak-balik ditanyai,
akhirnya Facebook didenda USD 5 miliar (Rp 70,2 triliun) ke Federal
Trade Commission karena pelanggaran privasi pada Juli 2019. Kemudian
pada Oktober 2019, Facebook juga membayar denda 500.000 Poundsterling
(Rp 9,6 miliar) ke Kantor Kominfo Inggris. Skandal
ini melahirkan gerakan #DeleteFacebook. Sementara Cambridge Analytica
nasibnya berakhir dengan kebangkrutan pada Mei 2018. Setelah itu pun,
Zuckerberg masih tetap dikritik karena membiarkan Facebook menjadi
tempat untuk ujaran kebencian politik dan penyebaran hoax. Zuckerberg
mulai bersih-bersih Facebook dari ujaran kebencian dan hoax setelah
Pilpres AS 2020, itu pun masih dinilai belum optimal. Namun sudah ada
mekanisme blokir postingan terkait ujaran kebencian dan hoax. Ini lebih
baik dari tidak sama sekali. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar