Perubahan akan terjadi di pentas Premier League musim depan terkait peraturan Video Assistant Referee demi meminimalisir terjadinya penalti yang gampangan dan gol yang dianulir hanya akibat selisih offside yang sangat tipis.
Teknologi VAR mulai diperkenalkan di awal musim 2019-20. Teknologi ini diharap bisa membantu kinerja wasit.
Namun nyatanya VAR malah lebih sering menimbulkan kontroversi.
Teknologi itu kerap membuat laga terhenti dan diklaim membuat sepak bola jadi tak terlalu menyenangkan seperti sebelumnya.
Banyak juga gol yang dianulir oleh teknologi tersebut. Alhasil banyak fans yang jadi uring-uringan.
Kritikan dan cemoohan pun datang bertubi-tubi terkait penguaan teknologi tersebut. Debat pun kerap terjadi antar fans dan pandit.
Perubahan Aturan Penalti
Salah satu aturan yang akan diubah di pentas Premier League musim 2021-22 mendatang adalah soal pemberian penalti.
Nantinya insiden soft penalty alias penalti yang gampangan bisa direduksi.
Memang ada kasus di mana pemain diganjar penalti. Padahal kontak yang terjadi antar pemain di kotak penalti begitu minim.
Contoh kasusnya adalah Raheem Sterling di laga semifinal Euro 2020 antara Inggris vs Denmark. Momen itu ramai menjadi perdebatan di mana-mana.
Menurut laporan The Guardian, para wasit musim depan akan mempertimbangkan tiga kriteria sebelum memutuskan apakah mereka akan memberikan penalti atau tidak.
Mereka akan
mempertimbangkan tingkat sentuhan (minim atau tidak) dengan pemain
penyerang, konsekuensi dari kontak itu dan kemudian motivasi pemain yang
dilanggar sebagai reaksi atas kontak tersebut.
"Wasit akan melihat kontak dan menjalin kontak yang jelas, lalu bertanya pada diri sendiri: apakah kontak itu memiliki konsekuensi?" kata Kepala Wasit, Mike Riley.
“Mereka kemudian akan bertanya pada diri sendiri: apakah pemain menggunakan kontak itu untuk benar-benar mencoba dan memenangkan penalti? Jadi tidak cukup hanya mengatakan: 'Ya, ada kontak,'" terangnya.
“Saya pikir umpan balik yang kami terima dari para pemain, baik penyerang maupun bek, [adalah] bahwa Anda ingin itu menjadi pelanggaran yang tepat yang memiliki konsekuensi, bukan sesuatu di mana seseorang telah menggunakan sedikit kontak untuk terjatuh, dan kami telah memberikan hukuman sebagai balasannya,” tuturnya.
Aturan Offside
Musim lalu di Premier League banyak fans yang kecewa berat. Sebab gol tim kesayangannya dianulir gara-gara offside yang dianggap tak masuk akal.
Sebab ada pemain yang dianggap offside hanya gara-gara ketiak atau hidugnya. Ada juga gara-gara siku atau hidungnya dianggap melewati garis oleh VAR.
Musim depan, tak akan ada lagi keputusan seperti itu. Sebab pihak Premier League akan menggunakan garis yang lebih tebal.
“Kami sekarang telah memperkenalkan kembali manfaat dari keraguan kepada pemain penyerang,” kata Riley.
“Secara efektif apa yang telah kami berikan kembali ke permainan adalah 20 gol yang dianulir musim lalu dengan menggunakan pengawasan forensik yang cukup.
Ini adalah kuku kaki, hidung para pemain yang musim lalu offside – musim ini mereka akan onside," tegas Riley.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar