Sabtu, 04 April 2020
Dokter Ai Fen, Pengungkap Pertama Virus Corona, Dikabarkan Menghilang
Ai Fen, dokter di Wuhan, China, yang pertama kali mengungkap virus
corona, dilaporkan menghilang dengan kekhawatiran dia ditahan.
Dia
menjadi perhatian dunia pada Maret, setelah mengutarakan apa yang
dialaminya ketika pertama kali menyuarakan keberadaan patogen baru itu
di akhir Desember 2019.
Dokter Ai Fen menuturkan, dia menghadapi
"teguran keras yang tak pernah terjadi sebelumnya" dari komisi disiplin
Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Sebabnya pada 30 Desember 2019, dia mengunggah hasil diagnosa seorang
pasien di WeChat dan memberikan keterangan "virus corona SARS".
Gambar
itu segera menyebar, dengan mendiang dokter Li Wenliang menyuarakan
kekhawatirannya akan virus yang kini membunuh lebih dari 47.000 orang di
dunia.
Li, yang meninggal karena wabah itu pada 7 Februari,
sempat diperingatkan otoritas setempat karena dianggap "menyebarkan
informasi tidak benar".
Dikabarkan 60 Minutes Australia, Dokter Ai tidak terlihat lagi setelah memberikan wawancara kepada People yang mengkritik manajemen rumah sakit dalam merespons temuannya.
Tak lama setelah wawancara itu tayang, yang kemudian dihapus, Ai mengunggah sebuah gambar disertai keterangan di akun Weibo-nya.
"Sebuah sungai, jalan, jembatan, dan jam yang berdentang," kata Ai di Weibo seperti dikutip oleh RFA via Daily Mail.
Rumor dia menghilang terjadi setelah pemerintah China dikritik karena dianggap menutupi situasi tentang pandemi yang terjadi.
Beijing
disebut berusaha menutupi kabar terkait patogen tersebut dengan
menghukum tim medis yang menemukan dan menyebarluaskannya.
Kemudian
memberi penyangkalan bahwa Covid-19 tidak ada transmisi antar-manusia,
hingga menunda karantina di wilayah yang terdampak.
Bahkan hingga
saat ini, sejumlah kalangan, termasuk warga di Wuhan, menduga angka
sebenarnya infeksi virus SARS-Cov-2 itu jauh lebih tinggi dari yang
dipaparkan.
Dalam wawancara sebelum dia tidak terlihat lagi,
direktur departemen darurat itu mengaku menyesal tidak lebih berani
menyuarakannya lebih keras.
Sebabnya empat koleganya, termasuk
Dokter Li Wenliang, terpapar Covid-19 dan meninggal ketika berjuang
untuk merawat para pasien.
"JIka saya tahu akhirnya bakal seperti
ini, saya tak peduli akan hukuman. Saya akan terus menyuarakannya kepada
siapa pun," kata dia.
Sang Dokter menceritakan, semua terjadi
pada 30 Desember 2019, ketika dia melihat banyak pasien dengan gejala
mirip flu tak bisa ditangani dengan pengobatan biasa.
Dia kemudian
mendapatkan hasil laboratorium, dengan salah satunya mencantumkan
sebuah kalimat yang membuatnya berkeringat dingin, "SARS coronavirus".
Seketika
dia langsung melingkari kata SARS, mengambil foto, dan segera
mengirimkannya kepada mantan teman sekelas di jurusan kedokteran yang
bekerja di rumah sakit lain.
Dia juga sampai memanggil koleganya
dari departemen pernapasan yang kebetulan tengah melintas. "Saya katakan
salah satu pasiennya terinfeksi virus mirip SARS," kisahnya.
Segera
saja, foto tersebut menyebar di kalangan tenaga medis, termasuk oleh
dokter Li yang memberikan peringatan sebelum ditegur aparat.
Malamnya,
dia menuturkan menerima pesan dari rumah sakit yang menyatakan bahwa
informasi penyakit misterius itu harusnya tidak disebarluaskan.
Sebabnya,
kabar yang belum diketahui kebenarannya itu bisa menyebabkan kepanikan.
Dua hari kemudian, dia dipanggil komite disiplin RS.
Oleh kepala komite inspeksi disiplin, dia mendapat teguran karena dianggap "menyebarkan rumor" dan "merusak stabilitas".
"Pikiran
saya kosong. Dia tidak menegur karena saya tak bekerja keras. Saya
dianggap sudah merusak masa depan Wuhan. Saya putus asa," keluhnya.
Setelah
itu, setiap staf dilarang untuk saling membagikan gambar maupun pesan
yang berisi informasi mengenai virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.
Ai
mengaku tidak bisa mengusahakan apa-apa, selain meminta para stafnya
untuk mengenakan pakaian pelindung dan masker meski tidak
diinstruksikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar