Rabu, 15 April 2020
Ibnu Sina, Ilmuwan Islam Pertama yang Rancang Karantina saat ada Wabah
Menghadapi pandemi virus corona atau COVID-19,
strategi karantina dan isolasi menjadi kebijakan utama di seluruh
dunia.
Karantina dan isolasi berkembang menjadi berbagai bentuk, yang
tujuannya membatasi kontak dengan lingkungan sekitar dan menekan
penularan.
Dikutip dari Morocco World News, ada beberapa
catatan sejarah tentang metode karantina yang digunakan saat ini.
Karantina ditujukan bagi orang yang tidak punya gejala namun ada risiko
terinfeksi penyakit.
Metode karantina dilakukan mereka yang datang dari
daerah terinfeksi penyakit atau kontak dengan pasien.
Bukti sejarah penerapan karantina
tertulis dalam The Canon of Medicine karya ilmuwan muslim Ibnu Sina
atau Avicenna.
Buku wajib dunia kedokteran ini menjelaskan, karantina
dilakukan untuk mengawasi penyebaran penyakit menular.
Karantina
diharapkan bisa menekan infeksi penyakit, sehingga jumlah kasus tidak
bertambah.
Ibnu Sina dalam bukunya juga menjelaskan seputar infeksi
atau kasus penyakit menular.
Penjelasan ini dikutip Ihsan Ali dan Ahmet
Guclu dalam tulisan berjudul Ibn Sina: An Exemplary Scientist, yang
mengambil dari buku Advice to the Young Physician: On the Art of
Medicine dari Richard Colgan.
"Cairan tubuh organisme
inang, misal tubuh manusia, dikontaminasi organisme asing yang tidak
terlihat mata telanjang hingga mengakibatkan infeksi," tulis ilmuwan
asal Iran tersebut.
Definisi Ibnu Sina tentang infeksi
sama dengan yang digunakan dunia medis saat ini, termasuk soal
mikroorganisme yang tak kasat mata.
Dalam hipotesanya, Ibnu Sina
menjelaskan penyakit akibat mikoorganisme ini bisa sangat menular pada
lingkungan sekitar.
Mereka yang terinfeksi harus dikarantina untuk
menekan kasus penularan.
Ibnu Sina adalah dokter pertama yang mendesain metode karantina
untuk mencegah penularan penyakit infeksi.
Metode ini disebut
Al-Arba'iniya atau the fortieth yang diterjemahkan sebagai quarantena
dalam Venetian language awal.
Sesuai namanya, Al-Arba'iniya adalah
sanitary isolation yang dilakukan selama 40 hari dengan membatasi ruang
dan gerakan.
Karantina adalah praktik wajib di seluruh
rumah sakit pada zaman tersebut untuk mencegah penyebaran kusta.
Penyakit kulit infeksius ini ditandai bercak putih pada kulit, yang bisa
menyebabkan pasiennya kehilangan anggota tubuh.
Metode karantina
menjadi sangat umum di Eropa terutama selama dan setelah serangan wabah
Black Death di abad ke-14 dan 15.
Wilayah penerapan karantina adalah
tempat bertemunya pedagang antar negara misal di Venesia, Italia.
Karantina dilakukan selama 40 hari pada seluruh kru dan penumpang kapal
yang akan berlayar.
Efektivitas dan keberhasilan karantina
untuk menekan penyebaran epidemik, mengakibatkan metode ini terus
digunakan hingga sekarang.
Tentunya mekanisme dan durasi menyesuaikan
dengan kondisi wabah, sehingga tidak harus 40 hari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar